Esai ini ditulis oleh saya sendiri yaitu Muhammad anwar alwi. Salah satu mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Arab di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di kampus IAIN Surakarta semester 2. Esai ini merupakan salah satu tugas individu dari dosen mata kuliah Antropologi Arab yaitu bapak M. Endy Saputro, M. A. Beliau menugaskan kepada kita (mahasiswa BSA 2) untuk mengamati keadaan dan tingkah laku sosial pada masyarakat Arab yang tinggal di Indonesia. Pengamatan ini dipusatkan pada masyarakat Arab yang tinggal di daerah Pasar Kliwon, Surakarta. Esai ini berisi tentang hasil pengamatan saya setelah mengunjungi beberapa tempat yang terdapat di daerah tersebut, seperti masjid, toko, rumah makan, dan tempat umum lainnya.
Sebelum kita mulai untuk masuk kedalam pembahasan, alangkah baiknya saya mulai dari keadaan atupun seklumit sejarah yang saya tahu, baik pada zaman dahulu hingga zaman sekarang. Yangmana kita tahu, orang Arab yang bertempat tinggal di beberapa negara, termasuk di Indonesia pastilah memiliki beberapa faktor yang menyebabkan mereka berpindah tempat. Maka disini saya mencantumkan beberapa pengetahuan saya tentang bangsa Arab, walaupun tidak terlalu luas.
Bangsa Arab memang terkenal dengan keragaman sukunya yang amat banyak. Dalam satu daerah saja di Arab, banyak terkumpul beberapa suku. Hubungan antar suku diantara mereka sangatlah erat. Bahkan sejak sebelum agama Islam datang, nama atau kedudukan sebuah suku amatlah sangat penting dimata para masyarakat Arab. Dikatakan bahwa bila ada salah satu anggota sari suku mereka terlibat masalah dengan suku lain di Arab, maka semua anggota suku tersebut akan membela satu aggota yang terkena masalah tersebut. Dan setelah Islam datang pun keeratan antar suku pun semakin kuat. Keeratan tersebut tidak hanya terjadi dengan satu suku saja, akan tetapi meluas dengan beberapa suku yang lainnya yang mengatas namakan Islam. Jadi apabila agama mereka dicerca, maka tak hanya satu suku saja yang membela, akan tetapi semua suku. Kalimat syahadatlah yang mempererat persatuan mereka.
Bangsa Arab merupakan bangsa yang paling masyhur seantero dunia ini. Kerena ke Masyhurannya, siapa yang tidak kenal atau tidak pernah mendengar nama bangsa ini. Mulai dari belahan dunia bagian Utara sampai bagian Selatan, dari ujung Timur hingga ujung Barat. Terkenalnya bangsa ini sudah ada dari zaman dahulu. Tanah Arab sudah terkenal dibeberapa buku sejarah dunia, khususnya dunia Islam, yaitu tempat awal mula manusia pertama kali turun ( Nabi Adam ), dan banyak kejadian bersejarah yang terjadi di tanah ini yang berpengaruh besar terhadap kelanjutan dunia. Kemasyhuran itu tidak berhenti di zaman dulu,bahkan masih berlanjut hingga di zaman ini. Arab memiliki beberapa faktor atau aspek yang membuatnya terkenal dari zaman dahulu hingga saat ini, yaitu dari segi keunikan dan keistimewaan bangsa Arab tersebut.
Pasar kliwon adalah nama salah satu kecamatan yang berada di tenggara kota surakarta. Selain sebagai kecamatan, pasar kliwon juga menjadi nama kelurahan dan pasar tradisional yang berada di kecamatan pasar kliwon. Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa nama “pasar”adalah suatu tempat untuk beraktivitas melakukan jual beli dan “kliwon” itu sendiri merupakan nama hari pasaran orang jawa pada umumnya. Pada masa dahulu, pasar kliwon merupakan pusat perdagangan hewan oleh masyarakat yang berada di dekat keraton itu. Dengan dipilihnya pasar kliwon karena memiliki fasilitas yang jauh lebih memadai dibanding didaerah lainnya.
Jika kita lihat dari segi etnis, orang-orang keturunan Arab pada umumnya berpendidikan setingkat SMU, tetapi ada juga yang lulusan dari Perguruan Tinggi atau Akademi tetapi jumlahnya sedikit. Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon kebanyakan lulusan SLTP dan banyak juga yang berpendidikan di Pondok Pesantren, karena bagi masyarakat keturunan Arab pendidikan agama lebih diutamakan dari pada pendidikan umum. Mereka melakukan pekerjaan itu guna mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.
Sudah menjadi keseharusan ataupun kewajiban bagi orang yang berilmu untuk menyebarkannya. Begitulah yang dilakukan para sarjana Arab termasuk para ulama’ – ulama’nya. Setelah mereka menuntut ilmu beberapa tahun, mereka memiliki murid yang mana murid ini nantinya akan menyebarkan imu – ilmu yang telah mereka dapat. Jadi tidak semua para sarjana – sarjana itu langsung terjun untuk menyebarkan ilmu – ilmu mereka ke penjuru dunia, mereka juga bisa memerintahkan murid – muridnya. Jadi berikut tadi adalah salah satu faktor orang Arab menyebar ke beberapa negara salah satunya Indonesia, yaitu untuk menyebarkan ilmu. Selain itu, untuk menunjang dakwah Islam di daerah setempat maka dibangunlah masjid-masjid baik milik perorangan maupun secara gotong royong oleh masyarakat keturunan Arab tetap berfungsi sosial terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat Arab sangat menghormati tradisi yang berlaku, mereka memandang bahwa tradisi adalah sesuatu yang melekat dan hanya ada pada diri manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan.
Bangsa Arab memiliki adat istiadat yang cukup beragam. Mulai dari cara berpakaian, cara bagaimana mereka menjalani hidup sosial bermasyarakat. Jadi tak heran bila kita membandingkan adat istiadat mereka dengan adat kita sangatlah jauh berbeda. Walaupun jika kita lihat dari cara beribadah ataupun hal – hal yang berkaitan dengan peribadatan tidak jauh berbeda. Bangsa Arab juga terkenal dengan pertumbuhan penduduknya yang cepat. Bayangkan saja orang Arab bila melahirkan untuk satu istri bisa mencapai sembilan atau sepuluh anak, itu menurut cerita yang sudah banyak kita dengar khususnya saya sendiri. Sehingga tak heran bila banyak kita dengar orang Arab tinggal di beberapa negara, yang tak lain dan tak bukan yaitu untuk mencari tempat tinggal. Jadi perpindahan penduduk ini lah yang menjadi salah satu faktor tersebarnya orang Arab ke beberapa negara termasuk Indonesia.
Penyebaran orang Arab kebeberapa negara termasuk Indonesia ialah karena perdagangan. Bangsa Arab memang sangat terkenal dengan perdagangannya. Banyak orang – orang yang berprofesi sebagai pedagang di pasar – pasar, baik perdagangan di beberapa desa maupun dibeberapa kota. Pasar memang merupakan salah satu tempat yang banyak orang berkumpul disana, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari maupun kebutuhan pribadi. Dengan banyak orang yang pergi ke pasar, maka otomatis akan banyak pedagang yang akan berdagang. Pasar menjadi tempat ramai yang dikunjungi banyak orang bukan hanya di Indonesia dan Arab saja, bahkan dibeberapa negara yang lain. Maka tak heran, dengan banyaknya penduduk yang menempati tanah Arab, maka jumlah orang yang pergi ke pasar maka juga akan banyak.
Kita banyak mendengar juragan atau pujangga kaya yang banyak berasal dari Arab. Mereka meyakini bahwa dengan berdagang akan banyak keuntungan yang didapat. Seperti yang diajarkan oleh agama islam bahwa banyak pintu rizki terbuka yang berasal dari tijarah atau perdagangan. Dengan banyak potensi rizki yang ada diperdagangan, maka tak heran orang Arab semakin mengembangkan perdagangannya dengan menambah luas jaringan perdagangan mereka. Yaitu dengan mereka berpindah tempat kebeberapa negara guna untuk hijrah atau berjualan. Masyarakat Arab untuk menjual dagangannya banyak melalui beberapa jalur. Terutama untuk mencapai perdagangan internasional. Karena target penjualan tidak hanya dinegri mereka sendiri. Maka salahsatunya mereka banyak melalui jalur laut. Sebenarnya tak hanya orang Arab saja yang melakukan pergadangan internasional, banyak negri – negri diluar sana yang melalui jalur laut. Maka tak heran jika kita banyak menjumpai pelabuhan – pelabuhan suatau negara terutama pelabuhan nasional negara tersebut ramai akan orang – orang yang melakukan transaksi jual beli.
Masyarakat Arab dalam hal ini tak hanya mengambil peran dalam pergadangan internasional saja, mereka juga mengambil peran dalam penyebaran agama islam dan juga ajaran – ajarannya. Karena dengan metode berdagang dengan menyebarkan agama sangatlah efektif. Kita bisa melihat sejarah, bahwa banyak orang jaman dahulu terutama para sahabat, selain menyebarkan agama melalui jihad fi sabilillah juga banyak melalui perdagangan. Banyak para pedagang tersebut terutama yang menyebarkan agama tersebut yang akhirnya menetap ke daerah atau negara yang menjadi kunjungannya ketika pertama kali melakukan pergadangan. Menetapnya orang yang awalnya berdagang tersebut memiliki tujuan sendiri yang mana untuk menyebarkan agama ke tanah negara yang dikunjunginya. Sebagai contoh para ulama’ yang menyebarkan agama di Indonesia, yang sering kita sebut dengan Wali Songo. Seperti yang kita tahu bahwa kebanyakan eperti yang kita tahu bahwa kebanyakan para wali songo terrsebut berasal dari tanah Arab yang juga banyak melalui perdagangan dalam penyebaran agama islam itu sendiri. Walaupun juga tidak keseluruhan seperti itu, ada juga dalam penyebaran agamanya melalui pendekatan budaya lokal di daerah tersebut.
Demikian tadi sedikit pembahasan tentang bangsa Arab dan beberapa pendahuluan mengenai seklumit Arab yang saya ketahui, dan juga sebagai sedikit narasi sebelum saya masuk ke inti pembahasan esai ini. Jadi perlu kita ketahui, bahwa bangsa Arab datang ke beberapa negara termasuk datang ke Indonesia melewati atau melalui beberapa faktor sebagi pendorong terjadinya perpindahan orang – orang Arab tersebut. Hal ini sangatlah wajar terjadi, apalagi dengan pertambahan penduduk yang amat pesat terjadi di negara timur tengah termasuk Arab. Begitu juga yang terjadi pada orang Arab yang bertempat tinggal di Indonesia. Mereka juga awalnya ke Indonesia untuk berniaga, akan tetapi dalam jiwa mereka tumbuh keinginan untuk menyebarkan agama, terutama agama Islam sebagai agama yang hak. Bisa kita lihat dalam sejarah bahwa banyak saudagar kaya yang berniaga guna selain berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama.
Pasar Kliwon merupakan salah satu temapat di Indonesia yang banyak dihuni oleh sebagian besar orang yang memiliki nasab atau keturunan dari bangsa Arab. Kita lihat ketika mengunjungi tempat istimewa tersebut, banyak dari mereka yang bertempat tinggal disana memiliki ciri – ciri fisik yang bisa kita lihat seperti memiliki hidung mancung, berbadan besar,dan rata–rata memiliki jenggot di dagu mereka (bagi kaum laki-laki) seperti halnya layaknya kaum orang Arab pada umumnya. Kaum perempuan disini khususnya bagi yang berketurunan Arab, mereka memakai niqob, yaitu salah satu busana bagi kaum perempuan yang berfungsi sebagai penutup wajah. Menurut pengamatan saya ketika berkunjung beberapa waktu lalu, kaum perempuan disana memakai beberapa jenis niqob atau penutup wajah. Ada niqob yang menutupi seluruh permukaan muka mereka, jadi jika kita lihat perempuan yang memakai jenis niqob ini wajah mereka sama sekali tidak terlihat sedikitpun. Untuk jenis niqob yang lain yang mereka kenakan, ada jenis niqob yang hanya menutupi dari bawah mata saja, jadi bila kita lihat hanya tampak kedua mata mereka saja. Hal ini tidak hanya terjadi atau dilakukan oleh orang yang berketurunan Arab di Pasar Kliwon saja, akan tetapi juga kependuduk disekitaarnya, bahkan hal ini sudah menjalar kebeberapa tempat bahkan daerah di Indonesia. Maka sering kita lihat banyak kaum perempuan diluar sana yang sudah banyak memulai memakai niqob sebagai pakaian sehari – hari mereka. Karena mereka beranggapan dan mengetehui bahwa muka termasuk bagian dari aurat mereka yang juga perlu ditutup dimuka umum.
Kaum laki- laki yang berketurunan orang Arab disini sama halnya dengan orang Arab yang berada di timur tengah pada umumnya. Dengan badan yang relatif besar walaupun tidak keseluruhan seperti itu, tidak diherankan jika mereka memiliki semangat jiwa untuk bekerja dengan keras. Kerena hidup di Indonesia, mereka mengerjakan pekerjaan seperti layaknya orang Indonesia lakukan, seperti ada yang bekerja di kantor, menjadi tukang, bekerja di restoran, dan berjualan kebutuhan- kebutuhan sehari – hari. Ketika saya berkunjung disana sempat bertanya kepada salahsatu masyarakat, bahwa di daerah ini masyarakatnya juga banyak yang bekerja sebagai pegawai pabrik tekstil yang bertempat tidak jauh dari pemukiman mereka. Sedangkan untuk kaum perempuan, sangat sedikit sekali yang terlihat dimuka umum atau keluar dari kawasan rumah mereka, walaupun hanya sebagian yang seperti itu. Kaum perempuan juga ada yang bekerja layaknya seperti laki – laki pada umumnya, mereka berdagang, bekerja dipabrik dan sebagainya, akan tetapi dengan ruang lingkup yang mungkin lebih sedikit dengan kaum laki – laki pada umumnya.
Orang Arab yang bertempat di Pasar Kliwon menjalankan rutinitas seperti layaknya orang – orang Indonesia pada umumnya. Hubungan antara orang yang berketurunan Arab dengan orang Indonesia yang ada disekitarnya sangat amatlah baik. Saya bisa mengatakan seperti itu karena, ketika saya berkunjung ke wilayah itu, saya melihat dengan jelas bagaimana mereka berhubungan antara satu dengan yang lain. Walaupun mereka berbeda nasab atau keturunan, akantetapi mereka sangat amatlah rukun. Mereka tidak membandingkan antara satu dengan yang lainnya, tidak membedakan antara keturunan satu dengan yang lainnya. Jadi disinilah letak keistimewaan dari masyarakat yang menghuni wilayah di Pasar Kliwon yang bertempat di Jawa Tengah tersebut. Dikala senggang setelah lelah bekerja mereka saling berbincang antara satu dengan yang lain tanpa membedakan ras diantara mereka. Sebenarnya ketika saya melihat suasana tersebut,timbul sebuah pertanyaan dari dalam benak saya, bahasa apakah yang digunakan oleh para orang keturunan Arab disini ketika berinteraksi dengan orang selain dari ras mereka?, khususnya orang Indonesia yang bertempat tinggal dikawasan Pasar Kliwon. Setelah saya sedikit mendekat kepada salah seorang dari mereka yang sedang berbincang, ternyata bahasa yang digunakan oleh mereka yaitu bahasa Indonesia. Saya sempat bertanya kepada salah salah satu anak dari keturunan Arab yang bertempat tinggal disana, yang intinya bahasa yang digunakan oleh orang tua mereka ketika dengan orang sekitar terutama komunikasi bahasa antara kedua orang tua mereka, yaitu mereka menggunakan bahasa Indonesia.
Sebagai seorang muslim sudah sepantasnya kita berlomba - lomba dalam amal sholeh dan juga bagaimana kita semakin mendekatkan diri kepada san pencipta yaitu Allah SWT. seperti itulah yang dilakukan banyak masyarakat penghuni Pasar Kliwon yang saya lihat ketika berkunjung ke tempat yang istimewa itu. Saya mengawali kunjungan itu dengan datang ke tampat yang paling mulian di muka bumi ini, yaitau masjid. Masjid di Pasar Kliwon sangat banyak, tapi saya memilih untuk mengawali kunjungan saya ke masjid Assegaf. Selain masjid ini menjadi salah atu masjid terbesar di wilayah ini, masjid ini juga tak jauh dengan pusat daerah ini. Waktu itu saya datang kesana bertepatan dengan waktu menjelang sholat asar. Banyak perilaku – perilaku masyarakat yang menjadi pusat perhatian saya, contohnya ketika sudah mulai masuk waktu sholat, banyak penduduk yang sudah mulai berdatangan ke masjid, padahal adzan untuk sholat asar belum dikumandangkan. Dilakalangan kita khususnya saya sendiri, banyak warga sekitar masjid yang belum seperti itu, hal itu menjadi pukulan besar terutama bagi saya sendiri. Apalagi ketika saya menunggu iqomah dikumandangkan, saya sempat melihat ada orang tua yang sudah mulai lanjut usia masih mempunyai semangat untuk sholat berjama’ah di masjid, bahkan beliau ini berangkat ke masjid sudah menggunakan kursi roda. Hal itu otomatis menjadikan pukulan besar bagi kita khususnya saya sendiri. Banyak dari kita terutama kita yang masih muda, masih sehat, belum disibukan dengan kegiatan – kegiatan diluar sana, kita belum bisa memaksimalkan waktu kita untuk sholat berjama’ah di masjid. Suasana dimasjid ini sangatlah membangkitakan semangat kita untuk terus beribadah dengan sungguh – sungguh dan menggunakan waktu kita dengan sebaik – baiknya.
Suasana menjelang sholat di masjid ini sangatlah membuat hati damai. Kerena jeda dari adzan dan iqomah di masjid ini diatur cukup lama, banyak dari masyarakat yang datang untuk sholat berjama’ah disini menggunakan waktu itu dengan banyka melakukan ibadah – ibadah sunnah, seperti membaca Al-Qur’an, sholat qobliyah dan sebagainya. Hal ini tidakm hanya dilakukan oleh orang tempatan saja, akan tetapi juga para pendatang dari beberapa wilayah yang mampir ke masjid ini. Selain itu, banyak dari para jama’ah yang berbincang – bincang guna menambah erat tali silaturahmi. Disini tidak ada yang yang membedakan antara keturan satu dengan yang lainnya, antara keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia sekitar. Mereka terlihat akur dan memiliki hubungan baik antara satu dengan yang lainnya. Kita akan mejumpai banyak dari mereka antara orang keturunan Arab dengan orang Indonesia saling tegur sapa, bercakap – cakap dengan akurnya, tampak rukun antara satu dengan yang lainnya. Kita bayak mengambil contoh dari perilaku mereka ini kita terapkan ke daerah kita masing – masing.
Iqomah untuk sholat dzuhur berjama’ah pun mulai terdengar dari mix yang ada didalam masjid. Para jama’ah mulai merapat kedalam pusat masjid asal suara iqomah itu datang. Yang berkewajiban menjadi imam sholat jama’ah pun mulai menepkan diri di barisan paling depan. Sholat jama’ah disini biasanya dipimpin oleh seorang imam yang berketurunan Arab, itu menurut pengamatan saya saat sholat jama’ah ditempat itu. Sholat jama’ah pun mulai berjalan hingga akhirnya salam. Setelah salam para jama’ah dipimpin oleh imam jama’ah membaca dzikir setelah sholat asar dengan jahr atau dengan suara seperti halnya yang dilakukan oleh jama’ah diluar sana. Hingga akhirnya menjelang doa bersama yang dipimpin oleh imam jama’ah tersebut. Setelah rentetan dzikir sholat asar usai, imam mengajak para jama’ah yang ada di masjid ini untuk saling bersalam – salaman anatar jama’ah, yang bertujuan untuk saling memaafkan antar jama’ah dan juga untuk menjalin atau menyambung tali silaturahmi antar jama’ah yang ada di masjid Asseghaf ini. Saat saya mengikuti acara salam – salam antar jama’ah di masjid ini, saya melihat bahwa kebanyakan orang Arab disini tidak ingin bila tangannya dicium saat salaman. Saya belum tau apa alasannya, akan tetapi saya pernah mendengar bahwa alasan kenapa mereka tidak ingin dicium saat salaman, karena sebagian dari mereka berpikiran bahwa orang yang patut untuk dicium tangannya saat salaman yaitu hanya seorang syekh atau pembesar kaum dari mereka, atau orang tersebut memiliki jabatan dalam hal pengetahuan yang cukup tinggi, atau bisa dikatakan orang yang berilmu tinggi. Setelah usai, para jama’ah mulai berangsur – angsur bubar dari masjid tersebut dan melanjutkan kegiatan mereka masing – masing.
Selesai sholat, masjid ini mengadakan taman pendidikan al Quran yang sering kita sebut dengan TPA. Taman pendidikan ini dibawahi oleh takmir masjid Asseghaf sendiri, yang menurunkan pengajar dari kalangan mahasiswa hingga seorang ustadz. Banyak dari beberapa kalangan anak kecil yang mengikuti agenda ini, mulai dari anak usia TK hingga anak yang sudah duduk dibangku Sekolah Menegah Pertama (SMP). Peserta didiknya pun tidak hanya dari kalangan orang Arab saja, akan tetapi dari kalangan orang Indonesia, karena taman pendidikan al Qura’an ini diperuntukan untuk semua gologan. Disini mereka diberi pengetehuan mengenai agama, belajar menulis dan membaca al Qura’an, dan juga terdapat agenda hafalan al Quran bagi anak yang sudah mampu dan mumpuni untuk menghafal al Quran. Saya juga sempat berbincang – bincang dengan salah satu anak yang mengikuti taman pendidikan ini, dan saya mencoba untuk berbicara menggunakan bahasa Arab dengan mereka. Dan saya merasa bahwa mereka kurang paham dengan apa yang saya katakan. Disini saya menyimpulkan bahwa keturunan Arab yang sudah berada di Indonesia ini belum tentu bisa berbicara seperti halnya orang Arab biasanya. Semua itu tergantung bagaimana kondisi ketika mereka kecil, apakah orang tua mereka sehari – harinya menggunakan bahasa Arab layaknya orang Arab pada umumnya ataukah tidak.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka di Pasar Kliwon ini terdapat sekolah atau madrasah anak yang kebanyakan mengajarkan bahasa Arab, tak hanya itu mereka juga diberi pembelajaran layaknya pelajaran pada umumnya. Sekolah ini tidak hanya diperuntukan bagi anak yang berketurunan Arab saja, akan tetapi juga untuk anak – anak lokal pada umumnya. Sekolah dengan konsep mardrasah seperti ini mengajarkan dan memberikan suasana islami bagi anak – anak yang masih berkembang seperti ini, disana terdapat pembelajaran agama bagi anak seperti fiqih, aqidah, dan juga sebagainya. Demikian yang dapat saya tulis setelah mengunjungi Pasar Kiwon yang kebanyakan dihuni oleh orang yang berketurunan Arab ini. Maaf kalau ada salah dalam penyampaian dan perkataan yang mungkin tidak sesuai dengan pendapat si pembaca, sekian Wallahu a’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar