Sabtu, 05 Mei 2018

KAMPUNG ARAB DI PASAR KLIWON
Pasar kliwon. Kita tidak asing lagi dengan daerah tersebut. Salah  satu kecamatan di tenggara Kota Surakarta itu terkenal sebagai tempat perkampungan keturunan Arab-Indonesia. Karena tempatnya yang strategis,  Pasar Kliwon berbatasan dengan daerah-daerah seperti; bagian utara: Kecamatan Jebres, bagian timur: Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Bengawan Solo, bagian selatan: Kecamatan Grogol, Sukoharjo dan Kecamatan Serengan, dann bagian barat: Kecamatan Serengan dan Kecamatan Banjarsari.
Mengapa bisa disebut Pasar Kliwon? Konon, dulunya merupakan tempat penjualan kambing yang ramai ketika pasaran kliwon. Dan daerah ini bisa menjadi perkampungan Arab karena pada jaman penjajahan Belanda, orang Arab dkategorikan penduduk Timur Asing dalam structural masyarakat colonial, dan mereka diwajibkan tinggal dalam suatu daerah khusus yang telah ditentukan dan dipimpin oleh seorang kapiten. Tindakan ini dilakukan bertujuan agar mereka tidak membahayakan serta mudah diawasi oleh Pemeritahan Hindia Belanda yang ketakutan terhadap Islam dan keturunan Arab. 
Orang-orang Arab itu masuk dan mendiami daerah tersebut dengan beberapa tujuan. Diantaranya adalah untuk menyebarkan agama Islam dan berdagang. Yang datang ke Indonesia kebanyakan adalah dari kaum laki-laki. Mereka membawa dagangan mereka dari sana dan dijajakan untuk kaum pribumi. Kebanyakan dari mereka menetap di Indonesia dan menikahi orang-orang pribumi. Tujuan dari perkawinan tersebut tidak hanya sekadar menikah pada umumnya. Namun, bertujuan juga menyebarkan agama Islam. Dari situ, para kaum wanita otomatis masuk Islam karena suami mereka adalah orang Islam. Dari perkawinan tersebut maka akan menghasilkan keturunan-keturunan yang beragama Islam. Dan keturunan-keturunan itulah yang kini dapat kita jumpai, salah satunya di Pasar Kliwon.
Dari info yang didapat, di Pasar Kliwon kita dapat menjumpai dua jenis orang Arab. Yang pertama adalah keturunan Sayyidina Hasan Husen dan yang kedua adalah keturunan dari cucu Rasulullah yang lain. Golongan yang pertama tadi adalah yang selama ini kita sebut sebagai Habaib. Golongan ini sangat memperhatikan garis keturunan mereka. Karena setiap kali ada bayi yang baru lahir maka harus didaftarkan di Rabithah. Rabithah ini adalah yang mencatat keturunan-keturunan dari Rasulullah yang ada di Indonesia dan pusatnya di Jakarta. Setiap selesai mendaftar di Rabithah maka akan mendapatkan buku yang isinya nama-nama seluruh kakek nenek mereka. Kakek dari kakek, nenek dari nenek. Maka setiap orang yang ada di golongan mereka akan mengingat betul garis keturunan mereka hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Dari kedua golongan tadi sangat terlihat sehingga mudah dibedakan.
Adapun kehidupan masyarakat disana yang masih banyak memegang erat kebudayaan leluhurnya. Kita sering menjumpai toko-toko yang menjual kurma, kebutuhan haji, dan sejenisnya. Mereka berdagang semacam itu adalah untuk meneruskan usaha nenek moyang mereka. Tapi ada pula masyarakat modern yang mengikuti perkembangan di Indonesia sehingga tidak semuanya mengikuti tradisi leluhurnya.
Dilihat dari sudut pandang penjualan tersebut, maka dapat dilihat bahwa sudah banyak perubahan yang ada dalam masyarakat Arab di Pasar Kliwon. Seperti halnya kehidupan kesehariannya, mereka sudah mulai dapat membaur dengan oraang-orang pribumi. Cara bersosialisasi mereka sudah tidak terlalu kolot (tidak moderen).  Tetapi juga tetap masih ada satu dua yang tetap kokoh dengan kebudayaan asli mereka tanpa tercampur oleh kebudayaan yang ada.
Kebudayaan Arab yang dibicarakan disini adalah cara mereka bersosialisasi misalnya. Orang Arab itu terkenal bahwa anak gadis itu akan dijaga benar-benar. Tidak boleh asal bergaul, harus selalu dirumah, selalu taat kepada orang tua mereka. Gadis Arab biasanya hanya berada didalam rumah. Kebanyakan dari mereka tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Bagi mereka, bisa bersekolah saja itu sudah termasuk beruntung. Apalagi di ijinkan untuk masuk ke perguruan tinggi.
Pergaulan mereka sangat dibatasi oleh orang tua mereka.  Diantara mereka ada yang bisa kenal bahkan dekat dengan laki-laki bukan muhrim itu adalah sebuah keganjilan. Karena mereka rata-rata di sekolahkan di Yayasan Diponegoro yang di dalam kelasnya itu terpisah antara laki-laki dengan perempuan. Kehidupan mereka memang sudah terbiasa seperti itu. Semisal di jalan, berpapasan dengan laki-laki bukan muhrim mereka, kemudian mereka menyapa terlebih dahulu kepada laki-laki tersebut, itu akan dipergunjingkan dari kelompok mereka. Karena menurut mereka itu adalah adab yang tidak baik.
Tetapi tetap saja, tidak semua keturunan Arab disana diperlakukan seperti itu. Adapula yang sudah mulai menerima arus globalisai yang semakin deras ini. Dimana hampir tidak ada lagi sekat antara laki-laki. Bagi anak-anak gadis yang beruntung dapat merasakan bangku kuliah, hal semacam itu sudah tak asing lagi bagi mereka. Karena bagaimana mungkin dalam perkuliahan akan ada batasan antara laki-laki dengan wanita. Mengerjakan tugas saja bisa jadi mereka harus satu kelompok sehingga sangat lazim jika terjadi kontak social yang lebih dari biasanya. Apalagi jika di dalam perkuliahan, mereka akan menjadi satu dalam kelas tanpa sekat.
Terlebih dari itu, di daerah Pasar Kliwon masih memegang erat budaya-budaya leluhur mereka seperti acara-acara besar yang hampir seluruh muslim mengetahuinya, yaitu Haul. Di Pasar Kliwon sendiri banyak sekali perayaan Haul. Contohnya adalah Haul Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi. Setiap perayaannya pasti akan sangat banyak kaum muslim yang membanjiri Alun-alun Kidul. Dan juga masih menjaga tradisi seperti pembacaan maulid dan kajian-kajian yang dibuka untuk umum maupun kalangan ketururan-keturunannya saja. Masyarakat disana sangat erat mempertahankan kebudayaan- kebudayaan mereka sebagai tanda rasa khidmad dan hormat masyarakat tersebut kepada para leluhur tanpa mengurangi rasa syukur mereka terhadap Allah SWT.
 Di daerah Pasar Kliwon terdapat makam-makam para ulama besar yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran agama islam di dunia terkhusus di Indonesia sendiri. Karena itu di Pasar Kliwon tak sedikit kita jumpai turis-turis mancanegara yang sengaja datang untuk sekedar berziarah ke makam para ulama yang terdapat di daerah tesebut.
Di Pasar Kliwon terdapat beberapa marga yang bisa kita jumpai misal marga Assegaf, Al Jufri, Al-habsyi, Al-Idrus dan lain-lain. Dan terdapat makam ulama besar yang sudah dijelaskan diatas, seperti makam Habib Alwi Al-Habyi, Habib Ahmad bin Alwi bin Ali Al-habsyi dan Habib Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi. Makam-makam tersebut tak pernah sepi dari peziarah.
Akan kita jumpai juga ketika kita berkunjung ke Pasar Kliwon jika kita berdialog dengan masyarakat Arab akan sedikit berbeda dengan kita berinteraksi dengan masyarakat solo pada umumnya. Misalnya ketika menanyakan kabar “ ahlan! Bekheer?” yang artinya adalah halo apa kabarmu? Baikbaik saja? Jika kita mendengarnya kita akan merasakan sedikit asing di telinga. Dan bahasa itu adalah bahasa Arab akan tetapi bahasa benturan budaya etnis Arab dan Jawa di lingkungan Pasar Kliwon Solo. Dialek ini dikenal dengan julukan Dialek Khas Medok.
Di sekitar makam terdapat toko-toko yang menjual perlengkapan haji, barang-barang khas dari Arab. Seperti kurma, air zam-zam, Abaya, dll. Terdapat juga masjid yang sangat terkenal dan menjadi icon dari Pasar Kliwon. Yaitu masjid Assegaf dan masjid Riyadh. Dan terdapat pula Rumah Sakit Kustati. Tak luput dari itu, disana juga ada yayasan pendidikan yang sangat terkenal : Yayasan Diponegoro.
Tak jarang juga ditemukan warung makan atau restoran-restoran yang menjual makanan-makanan khas Timur Tengah. Salah satunya yang terkenal disana adalah restoran Marakez. Ketika kita memasuki restoran tersebut, maka akan terasa begitu kental budaya-budaya Timur Tengah. Lantunan musik dan irama padang pasir akan terdengar ketika memasukinya. Berlantaikan keramik khas Maroko semakin mengesankan suasana ala khas Timur Tengah. Dekorasi-dekorasinya yang menggunakan huruf Arab seakan membawakan atmosfer yang berbeda dari ruangan itu. Terlebih lagi ketika kita memilih untuk duduk dalam ruangan lesehan khas Arab atau jalsah.
Pemilik restoran Marakez mengatakan bahwa sajian makanan ala Timur Tengah yang disajikan sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Rasanya pun sudah tidak terlalu kental dengan bumbu dan rempah-rempah seperti makanan aslinya. Tentu kita yang memiliki lidah Indonesia akan mudah menerima rasa makanan khas Timur Tengah itu dengan tanpa terkurangi keunikan rasanya. Misalnya adalah masakan yang sangat terkenal dan yang kerap diburu yaitu Nasi Kebuli.
Disana juga ada tradisi yang masih kental dengan kebudayaan Arab, yaitu Tradisi Marawis. Marawis muncul di Pasar Kliwon sudah sejak tahun 1970-an. Masuknya ke Pasar Kliwon adalah dibawa oleh para Ulama dari komunitas Arab. Akan tetapi pada masa itu, tidak dapat berkembang dengan baik. Marawis digunakan sebagai salah satu metode dakwah karena pada msasa itu, masyarakat lebih mudah menerima ajaran syariat Islam melalui iringann music daripada diberi nasihat secara langsung.

Marawis mulai ramai dimainkan sejak tahun 1998. Seperti dalam acara-acara Haul yang dihadiri oleh masyarakat dan bukan keturunan Arab. Dari situlah mereka mengenal Marawis. Keberadaan Marawis semakin nampak ketika adanya Ahbabul Muhtar pada tahun 1998. Sebelum terbentuknya Ahbabul Muhtar, Marawis dimainkan oleh grup Marawis dari Pasuruan. Setelah direnungkan, maka muncul pemikiran dari pemuda-pemuda keturunan Arab di Pasar Kliwon sendiri yang memainkan. Karena Haul dilaksanakan di Pasar Kliwon Solo. Marawis menjadi identitas orang-orang keturunan Arab di Surakarta.
Tradisi Marawis pada perkembangannya dipentaskan dalam majelis-majelis seperti Maulid Nabi, Haul, dan pesta pernikahan. Selain digunakan untuk berdakwah, Marawis juga berfungsi untuk menarik masyarakat sekitar untuk datang ke dalam majelis ilmu yang akan disampaikan dalam acara tersebut. Pementasannya meliputi:
Pembukaan yang diawali dengan ucapan salam.
Inti yaitu pemain mulai meniup sulingnya sebagai tanda dimulainya Marawis dan setelah itu Mirwas (Marawis) dipukul. Maka tarian Zapin mulai dimainkan.
Penutup.
Tradisi Marawis di Pasar Kliwon membawa dampak bagi masyarakat sekitar dalam berbagai bidang, yaitu
Bidang Kebudayaan, tradisi Marawis merupakan wujud pelestarian nilai-nilai budaya, didalamnya terdapat cabang seni, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk memupuk dan melestarikan berbagai keterampilan seni.
Kehidupan Keagamaan, bagi pemain akan terbiasa untuk  menerapkan adat-adat yang sesuai ajaran syariat Islam. Sebagai pendakwah, pemain Marawis menjadi teladan yang akan ditiru oleh masyarakat, pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk kesalehan normative terhadap Islam. Bagi masyarakat, kesediaan untuk menyaksikan Marawis dalam majelis ilmu berpengaruh terhadap pemikiran dan tingkah laku masyarakat, karena didalam majelis itu disampaikan pesan-pesan dan ajaran Islam. Setelah mendengar dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat dengan sendirinya akan melaksanakan perintah dari Allah dan menjauhi perbuatan yang dilarang sesuai ajaran Islam. Sehingga hal ini mewujudkan kesalehan masyarakat.
Kehidupan Sosial, tradisi Marawis merupakan sarana atau wadah silaturahim bagi masyarakat keturunan Arab untuk saling bertemu, berkumpul, dan saling mengenal antara anggota komunitas, serta memahami keberadaan mereka sebagai komunitas yang hidup saling tolong menolong dan berinteraksi antar individu, antar komunitas satu dengan yang lainya. Selain itu juga merupakan undangan untuk masyarakat sekitar untuk menghadiri majelis-majelis ilmu yang akan disampaikan oleh para Ulama.
Tak hanya tradisi Marawis, ada juga tradisi yang sangat erat kaitannya dengan tradisi Marawis, dimana ada Marawis ada pula tradisi ini. Tradisi ini terkenal disebut sebagai Tari Zapin. Tari ini berasal dari Negara Yaman. Arti dari Zapin menurut masyarakat Arab di Pasar Kliwon  adalah tarian selamat datang. Zapin masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia yang dibawaa oleh para pedagang Arab. Zapi tertua di Indonesia berada di Ambon, Nusa Tenggara, Flores, dan pulau-pulau Ternate.
Zapin adalah sejenis tarian yang pada dasarnya merupakan bentuk permainan menggunakan kaki yang semula hanya dimainkan oleh laki-laki bangsa Arab. Dulunya, Zapin adalah tarian hiburan di kalangan raja-raja setelah dibawa dari Yaman pada awal abad ke-16. Tarian ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur dan digunakan juga sebagai media dakwah Islamiyah seperti halnya Marawis melalui syair-syair lagu Zapin yang didendangkan.
Sebelum tahun 1960, Zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki. Namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran antara perempuan dan laki-laki. Di Indonesia, Zapin dikenal dalam dua jenis, yaitu Zapin Arab yang mengalami perubahan secara lamban, dan masih dipertahankan oleh masyarakat keturunan Arab. Jenis kedua adalah Zapin Melayu yang ditumbuhkan oleh para ahli local, dan disesuaikan dengan lingkungan masyarakatnya. Kalau Zapin Arab hanya dikenal satu gaya saja sedaangkan tari Zapin Melayu sangat beragam dalam gayanya. Begitu pula sebutan untuk tari tersebut tergantung dari bahasa atau dialek lokal dimana tari tersebut tumbuh dan berkembang. 

Jadi, masyarakat Arab di Pasar Kliwon masih banyak yang mempertahankan kebudayaan-kebudayaan dari leluhurnya. Ada yang masih sangat kental dan mempertahankan norma-norma atau adat-adat yang sederhana, ada yang hanya mempertahankan tradisi yang terbilang penting. Tetapi banyak juga yang sudah menerima perkembangan kehidupan dari lingkungan sekitarnya semisal cara berpakaian, cara berpakaian kaum wanita Arab itu selalu memakai gamis, sedangkan di Pasar Kliwon kita mulai jarang menjumpai wanita yang memakai gamis. Kebanyakan dari mereka sudah mulai memakai pakaian-pakaian seperti kaum wanita di Indonesia pada umumnya.
Kita akan tetap menjumpai tradisi-tradisi dari nenek moyang Arab jika berkunjung ke Pasar Kliwon. Ketika kita berkunjung kesana akan tetap bisa merasakan euforia ke-Arab-arab-an. Karena walaupun sudah berkembang mengikuti peradaban, tetapi tetap saja ada nilai-nilai yang khas dari Pasar Kliwon.

Masyarakat pasar kliwon surakarta

Komunitas Masyarakat Arab di Pasar Kliwon
Suku Arab-Indonesia adalah penduduk Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arabdan etnis pribumi Indonesia. Pada umunya mereka tinggal diperkampungan Arab yang tersebar diberbagai kota di Indonesia – misalnya di Jakarta, Bogor, Surakarta, Surabaya, gresik, Malang, Cirebon, Mojokerto, Yogyakarta, dan Probolinggo, dan Bondowoso – dan masih banyak lagi kota-kota yang tersebar seperti di Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Banjarmasin, Makasar, Ambon, Mataram, Sumbawa, Bima, Kupang, papua bahkan Timur Leste.
Adapun perkampungan Arab di Surakarta menepati Tiga wilayah kelurahan, yaitu kelurahan pasar Kliwon, Kelurahan Semanggi dan kelurahan kedung Lumbu. Penempatan kampong Arab secara berkelompok ini bertujuan untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta dan demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Terbentuknya perkampunagn di pasar Kliwon ini disebabkan oleh adanya politik pemukiman di masa kerajaan, juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah kolonial. Pola pemukiman di kerajaan masih mengacu pada pembagian kelas social, yakni sentono dalem, abdi dalem, dan kawulo dalem. Sedangkan kedudukan orang Arab sebagai etnis asing yang berada diluar sistem social masyarakat jawa, pemukimannya dikelompokan di daerah tertentu serta terpisah dari penduduk lainnya.
Pada penelitian saya kali ini saya akan membahas kehidupan masyarakat Arab Indonesia yang tinggal di kota Solo, lebih tepatnya daerah pasar Kliwon. Adapun pasar Kliwon sendiri adalah sebuah kecamatan yang terletak di tenggara kota Surakarta. Wilayah pasar Kliwon saat ini pun terkenal sebagai tempat perkampungan warga keturunan Arab-Indonesia atau biasa juga disebut komunitas Arab. Dan sebelum saya membahas luas tentang komunitas ini, kita harus tahu apa itu masyarakat Arab Indo, Arab Indo adalah sebutan bagi orang-orang yang mempunyai darah atau keturunan orang Arab dan mereka tinggal di Indonesia, orang Arab Indo sendiri biasa menyebut dirinya sebagai jamaah atau juga bisa di artikan sebagai orang yang berkumpul. Di indonesia banyak sekali kampung-kampung Arab, khususnya kampung Arab di daerah  pasar kliwon, mereka meyebut dirinya jamaah pasar kliwon, adapun masyarakat di daerah lainnya, seperti Surabaya, Sumbawa, Bondowoso, dan seterusnya, mereka disebut dengan jamaah Surabaya, jamaah Sumbawa, dan jamaah Bondowoso.
Adapun orang Arab yang berada di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu, yang pertama mereka biasa disebut sebagai habib, dan yang kedua biasa di sebut dengan sebutan Arab massaikh atau syeih.
Orang Arab Indo yang diberi gelar habib atau habaib adalah orang yang mempunyai darah atau keturunan Arab yang nasabnya sampai ke sayyidina Ali bin Abi Thalib. Dan orang Arab yang disebut sebagai Arab syeih adalah orang yang mempunyai darah keturunan orang Arab dan garis keturunannya orang Arab selain dari sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Bahwasanya habaib dibagi menjadi dua yaitu, yang pertama adalah sayyid dan yang kedua disebut syarif, sayyid adalah sebutan orang Arab yang garis keturunan atau nasabnya sampai ke sayyidina Husain bin Ali. Dan syarif adalah sebutan orang Arab yang garis keturunan atau nasabnya sampai ke sayyidina Hasan bin Ali.
Masyarakat Arab sendiri mempunyai yang namanya marga atau bisa disebut sebagai fam (family), di Indonesia banyak sekali nama marga, dan inilah beberapa marga Arab Indo yang saya ketahui di masyarakat pasar kliwon umumnya, yaitu : as-segaf, al-habsyi, bin sekh abu bakr, al-atas, bin syihab, alaydrus, dll.
Pasar keliwon adalah sebuah kampung, yang dimana kampung tersebut di diami oleh mayoritas orang Arab Indo. Adapun yang sangat menonjol pada pasar kliwon tersebut adalah: masjidnya, yaitu masjid assagaf dan masjid riyadh.
Masjid assagaf ini terletak di depan rumah sakit islam kustati. Dan nama masjidnya ini merujuk pada salah satu nama fam atau marga keturunan Arab yakni Assegaf.  Masjid ini tidak hanya memiliki jamaah masjid dari keturunan Arab saja, para masyarakat asli solo (jawa)  juga membaur dengan warga berketurunan Arab yang bertempat tinggal di pasar kliwon ini.
Masyarakat Arab pasar kliwon yang datang untuk melakukan shalat berjamaah di masjid assagaf bisa dikatakan ramai, dan setiap selesai kegiatan shalat, zikir, wirid ada kegitan salam-salaman antar jamaah masjid, salaman yang dilakukan tersebut bertujuan untuk memperkuat silaturahmi antar sesama muslim. Dan adapun kegiatan masyarakat Arab pasar kliwon setelah melaksanakan shalat, ada yang langsung pulang dan menuju rumahnya, dan ada juga masyarakat Arab pasar kliwon yang masih menetap di masjid dan duduk di emperan masjid untuk sekedar beristirahat atau membicarakan sedikit cerita yang mereka alami pada hari itu.
Seperti masyarakat indonesia umumnya, mereka masyarakat Arab pasar kliwon juga senang berkumpul dan ngerumpi, bahasa dan pengolahan kalimat yang digunakan ketika berbicara amatlah unik, dikarnakan ketika mereka berkomunikasi dengan sesama Arab, mereka mempunyai logat yang khas, yang dimana bahasa Jawa di campur dengan bahasa Arab. Contohnya: “Ahlan, bekheer?”, itu adalah sebuah panggilan untuk menyapa, yang artinya “haloo, Apa kabar?” tentunya bahasa Arab tersebut diajarkan oleh orang tua kepada anaknya, dan bahasa Arab tersebut menjadi bahasa keseharian masyarakat Arab pasar kliwon.
Selain dilakukan untuk kegiatan shalat berjamaah, masjid Assagaf juga diisi dengan kegiatan TPA bagi anak-anak masyarakat pasar kliwon, masyarakat Arab pasar kliwon biasanya mengantar dan menjemput anak mereka untuk mengukuti kegiatan TPA, ada juga anak-anak Arab yang berangkat bersama teman-temannya untuk mengikuti kegiatan. Saya pernah bertanya kepada salah satu murid TPA di masjid Jami’ As-Segaf hari-hari apa saja kegiatan TPA ini dilakukan, dan teryata hampir setiap hari ada TPA dimasjid As-Segaf ini kecuali hari Minggu. Dan ada juga kegiatan pengajian rutin di masjid As-Sagaf yang bertepatan pada waktu ba’da magrib dan ba’da subuh. Adapun fasilitas di Masjid As-Segaf sendiri sangat bagus. Jadi di masjid As-Segaf ini terdapat dua ruang yang mana ruang pertama tertutup dengan pintu dan ruang kedua awal kita masuk kedalam area masjid, mungkin tujuan dari pembuatan masjid ini sendiri seperti ini untuk istirahat para pedagang dan para jamaah yang ingin melakukan ibadah di dalam masjid ini, tempat wudhunya pun juga unik yang mana ada tempat wudhu disekitar masjid bagian atas da nada juga yang bawah tanah.
Adapun masjid Riyadh sendiri memiliki khas arsitektur yang dibuat mirip dengan kawasan Arab. Terdapat pohon yang mirip dengan pohon kurma di depan masjid yang juga menjadi area citywalk. Dan saya pernah berkata kepada saya, yang kebetulan bertempat tinggal di daerah solo, yang mana pada saat bulan Ramadhan, biasanya masjid riyadh ini menyediakan takjil untuk masyarakat yang ingin berbuka bersama, satu hal lagi yang hebat ketika bulan puasa adalah setelah sholat tarawih, jamaah akan disajikan kopi bertujuan sebagai tombo ngantuk untuk persiapan melanjutkan ibadah dibulan ramadhan. Dan masih banyak juga kegiatan-kegiatan keagaamaan yang diselengarakan di masjid riyadh ini. Adapun kegiatan yang paling besar dan paling banyak jamaahnya adalah  Haul. Haul sendiri adalah sebuah acara yang dilakukan satu tahun sekali, dan biasanya di dalam haul ini dipimpin salah satu Habib. Adapun isi dari kegiatan haul ini sangat banyak dan bermanfaat, mungkin dari ini kegiatan ini sangat digandrungi masyarakat. Diantaranya adalah tahlilan disertai doa-doa, dan dilanjutkan dengan pengajian umum oleh habib yang dirangkai dengan pembacaan singkat sejarah orang yang dihauli, dari nasabnya, tanggal lahir atau wafat, jasa-jasa, serta keistimewaan yang patut dipahami. Dan acara terakhir adalah sedekah, yang mana boleh diberikan kepada orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan haul tersebut atau langsung ke rumah masing-masing.
Bisa dikatakan juga bahwa pasar kliwon ini pusat aneka oleh-oleh khas Arab, yang mana para Masyarakat Arab pasar kliwon ini rata-rata mereka membuka sebuah ruko atau tempat untuk berjualan dan rata-rata profesi yang mereka kerjakan ini adalah sesuai apa yang nabi kerjakan diwaktu mudanya yaitu berdagang, mereka membuka stand-stand toko disekitar pinggiran pasar Kliwon, yang mana didalam stand itu mereka menjual berbagai jenis kebutuhan, misalnya : Toko pakaian, masakan Khas Arab, Makanan Arab (Kurma, Madu, Kismis). Tidak hanya masyarakat Arab Indo di pasar kliwon saja, namun masyarakat Arab Indo yang berada di indonesia, mereka mengambil pekerjaan pedagang atau bahasa arabnya bisa disebut sebagai tijaroh. Seperti apa yang saya sampaikan diatas tadi yang mana mereka mengikuti profesi nenek moyang mereka yaitu Rasulullah, karena berdagang itu mudah untuk dilaksanakan, dan jika diniatkan karena mengikuti profesi Rasulullah, insyaAllah akan mendapat pahala dan berkah. Ada juga yang berjualan Rukuh di rumah produksi mereka serta berbagai busana Muslim, dan berbagai kuliner Arab yang mana kebanyakan berbau Kambing (dagingnya). Jika kalian ingin jalan-jalan ke pasar kliwon ini kalian akan menemui berbagai hidangan daging kambing, yang dari Sate, Tongseng, tengkleng, dan Gule.  Ngga Cuma berhenti dimakanan saja susu kambing pun juga ada, dari susu kambing Ettawa dan yogurt susu kambing. Dan yang paling special dari semua makanan yang diperjualkan di pasar kliwon ini adalah nasi kebuli, nasi goring khas Timur Tengah dengan bumbu rempah istimewa, makanya rasanya istimewa juga. Nama nasi kebuli sendiri terambil dari kata Qabul yang berartikan diterima. Hidangan ini sering menjadi menu saat acara besar, seperti akad nikah atau hajatan yang lainnya. Dan saya ingin sedikit memaparkan tentang rasa dari nasi kabuki ini sendiri, secara citra rasa nasi kebukli ini Enak, Gurih. Nasi kebuli ini sendiri dimasak bersam kaldu daging kambing, ada susu kambing juga untuk menambah citra rasanya, dan terakhir disajikan dengan daging kambing, kadang ada juga yang ditaburi kurma atau kismis. Tapi sekarang sudah banyak dua jenis jenis nasi kebuli, ada yang dengan daging ayam da nada juga dengan daging kambing. Dengan harga sudah pasti beda, sudah pasti yang dengan daging kambing lebih mahal.
 Di pasar Kliwon ini kita juga akan menemui music Gambus dan tarian Hajir Marawis atau biasa juga disebut tarian Zapin. Biasanya musik ini dihelat diarea pasar Kliwon di acara pernikahan. Didalam kegiatan haul pun juga terdapat tarian ini, namun di beberapa acara special di pasar Kliwon ada juga pertunjukan ini. Karna untuk memberikan suasana Timur Tengah apalagi saat dendang, ritme, dan hentak dan nyanyian marawis disenandungkan.
Entah kenapa, orang-orang Arab dalam hal kesenian mereka sangat menyukai music yang bertemakan cinta dan bergenre soft (lembut). Mungkin secara mereka keturunan Arab makanya suka music Arab juga. Tapi ada juga diantara mereka yang mulai menyukai music asli Indonesia yaitu Dangdut,tapi belum sampai derajat kecintaan sama seperti music Arab itu sendiri.
Selain musik-musik modern, orang arab juga masih menyukai musik tradisional mereka yakni musik marawis dan gambus. Marawis ini yang masih mempertahankan kesederhanaan alat yang digunakan didalamnya, sedangkan gambus sudah menggunakan alat-alat musik yang modern. Memang sekarang gambus sudah bisa dibilang modern karena menggunakan alat-alat yang modern pula. Tapi unsur didalam musik itu yang masih dijaga hingga sekarang, yakni dalam gambus dari dulu hingga sekarang kebanyakan digunakan dalam acara-acara yang khusus karena didalamnya dibacakan sholawat nabi.
Sedangkan dalam kesenian tari, dalam tradisi orang arab yang masih sering dilakukan yakni tari zafin, zarah, dan zahefe. Zafin yakni dalam tarian itu diiringi musik yang agak lambat atau slow, dan penarinya berjumlah dua orang dengan gerakan yang teratur. Sedangkan zarah adalah tarian yang sama dengan zafin dengan penari berjumlah dua orang dengan gerakan tarian juga teratur seperti zafin, tetapi musiknya lebih cepat daripada yang digunakan pada tarian zafin. Dan yang terakhir zahefe, adalah tarian yang dalam kecepatan nadanya sama seperti tarian zarah, tapi yang membedakan kali jumlah penarinya ada tiga orang dan juga gerakan tarinya bebas yang penting mengikuti ketukan irama lagu. Dalam tarian-tarian ini, semua diiringi oleh musik gambus.
Saya juga mengamati bahwa anak-anak perempuan yang sudah dewasa dari kalangan masyarakat Arab sendiri jika keluar dari rumah mereka menutup dan menjaga aurat, ada yang hanya bermodel busana trend jama kini ada juga yang memakai busana yang lebih islami dan syar’i. Setiap sore dari mereka juga ada yang berolahraga dari jalan-jalan atau lari ringan disekitar trotoar jalan pasar Kliwon ada juga yang melakukan sepeda santai dengan mengelilingi da nada juga yang menghabiskan waktunya hanya dengan bercerita dengan salah satu teman di teras-teras hingga menunggu waktu sore habis. Alas an kenapa orang Arab suka  berbaur dan bercerita adalah mungkin untuk menjaga tali silaturahmi diantara mereka dan menjaga ukhuwah yang telah mereka ikat dan ingin selalu diperkuat, ini adalah salah satu tindakan yang sangat bagus untuk dilestarikan dan dipertahankan. Orang Arab sendiri tidak menutup hanya kepada sesame orang Arab juga, melainkan mereka juga baik dengan orang pribumi yang tinggal disekitar pasar Kliwon.
Selain tentang tempat berkumpul, orang arab selalu menggunakan nama marga atau fam ( keluarga ). Di indonesia sendiri sudah banyak orang arab yang masuk dengan berbagai macam marga, diantara nya dari kalangan marga habib yakni Al-Habsyi, As-Saqqof, Al-Athas, Al-Qadri, Al-Aidarus, Al-Musawwa, Al-Haddad, dll. Dari kalangan marga masyayikh ada Basulthonah, Babheir, Al-Marfadi, Al-Farhan, Badubah, dll. Cara mengenali pun dilihat dari nasab juga marganya juga, karena mayoritas nama arab hanya menggunakan satu nama lalu di tambahi bin atau dari nasab lalu diakhiri dengan marganya. Seperti contoh muhammad bin Husein Al-Habsyi, Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Abubakar bin syech As-Segaf, dll.
Sekian data yang bisa saya sampaikan, semoga tulisan saya mengenai masyarakat Arab pasar Kliwon ini bisa sedikit memberikan wawasan tentang komunitas Arab ini sendiri. Jika terdapat salah kata dari penulisan saya ini mungkin karna kesalahan saya sendiri adapun jika ada benarnya mungkin ini semua atas bantuan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Terima kasih, Wassalam.

Kampung arab dipasar kliwon

Kampung arab dipasar kliwon
Esai ini ditulis oleh saya sendiri yaitu Muhammad anwar alwi. Salah satu mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Arab di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di kampus IAIN Surakarta semester 2. Esai ini merupakan salah satu tugas individu dari dosen mata kuliah Antropologi Arab yaitu bapak M. Endy Saputro, M. A. Beliau menugaskan kepada kita (mahasiswa BSA 2) untuk mengamati keadaan dan tingkah laku sosial pada masyarakat Arab yang tinggal di Indonesia. Pengamatan ini dipusatkan pada masyarakat Arab yang tinggal di daerah Pasar Kliwon, Surakarta. Esai ini berisi tentang hasil pengamatan saya setelah mengunjungi beberapa tempat yang terdapat di daerah tersebut, seperti masjid, toko, rumah makan, dan tempat umum lainnya.
Sebelum kita mulai untuk masuk kedalam pembahasan, alangkah baiknya saya mulai dari keadaan atupun seklumit sejarah yang saya tahu, baik pada zaman dahulu hingga zaman sekarang. Yangmana kita tahu, orang Arab yang bertempat tinggal di beberapa negara, termasuk di Indonesia pastilah memiliki beberapa faktor yang menyebabkan mereka berpindah tempat. Maka disini saya mencantumkan beberapa pengetahuan saya tentang bangsa Arab, walaupun tidak terlalu luas.
Bangsa Arab memang terkenal dengan keragaman sukunya yang amat banyak. Dalam satu daerah saja di Arab, banyak terkumpul beberapa suku. Hubungan antar suku diantara mereka sangatlah erat. Bahkan sejak sebelum agama Islam datang, nama atau kedudukan sebuah suku amatlah sangat penting dimata para masyarakat Arab. Dikatakan bahwa bila ada salah satu anggota sari suku mereka terlibat masalah dengan suku lain di Arab, maka semua anggota suku tersebut akan membela satu aggota yang terkena masalah tersebut. Dan setelah Islam datang pun keeratan antar suku pun semakin kuat. Keeratan tersebut tidak hanya terjadi dengan satu suku saja, akan tetapi meluas dengan beberapa suku yang lainnya yang mengatas namakan Islam. Jadi apabila agama mereka dicerca, maka tak hanya satu suku saja yang membela, akan tetapi semua suku. Kalimat syahadatlah yang mempererat persatuan mereka.     
Bangsa Arab merupakan bangsa yang paling masyhur seantero dunia ini. Kerena ke Masyhurannya, siapa yang tidak kenal atau tidak pernah mendengar nama bangsa ini. Mulai dari belahan dunia bagian Utara sampai bagian Selatan, dari ujung Timur hingga ujung Barat. Terkenalnya bangsa ini sudah ada dari zaman dahulu. Tanah Arab sudah terkenal dibeberapa buku sejarah dunia, khususnya dunia Islam, yaitu tempat awal mula manusia pertama kali turun ( Nabi Adam ), dan banyak kejadian bersejarah yang terjadi di tanah ini yang berpengaruh besar terhadap kelanjutan dunia. Kemasyhuran itu tidak berhenti di zaman dulu,bahkan masih berlanjut hingga di zaman ini. Arab memiliki beberapa faktor atau aspek yang membuatnya terkenal dari zaman dahulu hingga saat ini, yaitu dari segi keunikan dan keistimewaan bangsa Arab tersebut.
Pasar kliwon adalah nama salah satu  kecamatan yang berada di tenggara kota surakarta. Selain sebagai kecamatan, pasar kliwon juga menjadi nama kelurahan dan pasar tradisional yang berada di kecamatan pasar kliwon. Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa nama “pasar”adalah suatu tempat untuk beraktivitas melakukan jual beli  dan “kliwon” itu sendiri merupakan nama hari pasaran orang jawa pada umumnya.  Pada masa dahulu, pasar kliwon merupakan pusat perdagangan hewan oleh masyarakat yang berada di dekat keraton itu. Dengan dipilihnya pasar kliwon karena memiliki fasilitas yang jauh lebih memadai dibanding didaerah lainnya.
Jika kita lihat dari segi etnis, orang-orang keturunan Arab pada umumnya berpendidikan setingkat SMU, tetapi ada juga yang lulusan dari Perguruan Tinggi atau Akademi tetapi jumlahnya sedikit. Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon kebanyakan lulusan SLTP dan banyak juga yang berpendidikan di Pondok Pesantren, karena bagi masyarakat keturunan Arab pendidikan agama lebih diutamakan dari pada pendidikan umum. Mereka melakukan pekerjaan itu guna mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.
Sudah menjadi keseharusan ataupun kewajiban bagi orang yang berilmu untuk menyebarkannya. Begitulah yang dilakukan para sarjana Arab termasuk para ulama’ – ulama’nya. Setelah mereka menuntut ilmu beberapa tahun, mereka memiliki murid yang mana murid ini nantinya akan menyebarkan imu – ilmu yang telah mereka dapat. Jadi tidak semua para sarjana – sarjana itu langsung terjun untuk menyebarkan ilmu – ilmu mereka ke penjuru dunia, mereka juga bisa memerintahkan murid – muridnya. Jadi berikut tadi adalah salah satu faktor orang Arab menyebar ke beberapa negara salah satunya Indonesia, yaitu untuk menyebarkan ilmu.  Selain itu, untuk menunjang dakwah Islam di daerah setempat maka dibangunlah masjid-masjid baik milik perorangan maupun secara gotong royong oleh masyarakat keturunan Arab tetap berfungsi sosial terhadap masyarakat sekitar.  Masyarakat Arab sangat menghormati tradisi yang berlaku, mereka memandang bahwa tradisi adalah sesuatu yang melekat dan hanya ada pada diri manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan.
Bangsa Arab memiliki adat istiadat yang cukup beragam. Mulai dari cara berpakaian, cara bagaimana mereka menjalani hidup sosial bermasyarakat. Jadi tak heran bila kita membandingkan adat istiadat mereka dengan adat kita sangatlah jauh berbeda. Walaupun jika kita lihat dari cara beribadah ataupun hal – hal yang berkaitan dengan peribadatan tidak jauh berbeda. Bangsa Arab juga terkenal dengan pertumbuhan penduduknya yang cepat. Bayangkan saja orang Arab bila melahirkan untuk satu istri bisa mencapai sembilan atau sepuluh anak, itu menurut cerita yang sudah banyak kita dengar khususnya saya sendiri. Sehingga tak heran bila banyak kita dengar orang Arab tinggal di beberapa negara, yang tak lain dan tak bukan yaitu untuk mencari tempat tinggal. Jadi perpindahan penduduk ini lah yang menjadi salah satu faktor tersebarnya orang Arab ke beberapa negara termasuk Indonesia.
Penyebaran orang Arab kebeberapa negara termasuk Indonesia ialah karena perdagangan. Bangsa Arab memang sangat terkenal dengan perdagangannya. Banyak orang – orang yang berprofesi sebagai pedagang di pasar – pasar, baik perdagangan di beberapa desa maupun dibeberapa kota. Pasar memang merupakan salah satu tempat yang banyak orang berkumpul disana, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari maupun kebutuhan pribadi. Dengan banyak orang yang pergi ke pasar, maka otomatis akan banyak pedagang yang akan berdagang. Pasar menjadi tempat ramai yang dikunjungi banyak orang bukan hanya di Indonesia dan Arab saja, bahkan dibeberapa negara yang lain. Maka tak heran, dengan banyaknya penduduk yang menempati tanah Arab, maka jumlah orang yang pergi ke pasar maka juga akan banyak.
Kita banyak mendengar juragan atau pujangga kaya yang banyak berasal dari Arab. Mereka meyakini bahwa dengan berdagang akan banyak keuntungan yang didapat. Seperti yang diajarkan oleh agama islam bahwa banyak pintu rizki terbuka yang berasal dari tijarah atau perdagangan. Dengan banyak potensi rizki yang ada diperdagangan, maka tak heran orang Arab semakin mengembangkan perdagangannya dengan menambah luas jaringan perdagangan mereka. Yaitu dengan mereka berpindah tempat kebeberapa negara guna untuk hijrah atau berjualan. Masyarakat Arab untuk menjual dagangannya banyak melalui beberapa jalur. Terutama untuk mencapai perdagangan internasional. Karena target penjualan tidak hanya dinegri mereka sendiri. Maka salahsatunya mereka banyak melalui jalur laut. Sebenarnya tak hanya orang Arab saja yang melakukan pergadangan internasional, banyak negri – negri diluar sana yang melalui jalur laut. Maka tak heran jika kita banyak menjumpai pelabuhan – pelabuhan suatau negara terutama pelabuhan nasional negara tersebut ramai akan orang – orang yang melakukan transaksi jual beli.
 Masyarakat Arab dalam hal ini tak hanya mengambil peran dalam pergadangan internasional saja, mereka juga mengambil peran dalam penyebaran agama islam dan juga ajaran – ajarannya. Karena dengan metode berdagang dengan menyebarkan agama sangatlah efektif. Kita bisa melihat sejarah, bahwa banyak orang jaman dahulu terutama para sahabat, selain menyebarkan agama melalui jihad  fi sabilillah juga banyak melalui perdagangan. Banyak para pedagang tersebut terutama yang menyebarkan agama tersebut yang akhirnya menetap ke daerah atau negara yang menjadi kunjungannya ketika pertama kali melakukan pergadangan. Menetapnya orang yang awalnya berdagang tersebut memiliki tujuan sendiri yang mana untuk menyebarkan agama ke tanah negara yang dikunjunginya. Sebagai contoh para ulama’ yang menyebarkan agama di Indonesia, yang sering kita sebut dengan Wali Songo. Seperti yang kita tahu bahwa kebanyakan eperti yang kita tahu bahwa kebanyakan para wali songo terrsebut berasal dari tanah Arab yang juga banyak melalui perdagangan dalam penyebaran agama islam itu sendiri. Walaupun juga tidak keseluruhan seperti itu, ada juga dalam penyebaran agamanya melalui pendekatan budaya lokal di daerah tersebut.
Demikian tadi sedikit pembahasan tentang bangsa Arab dan beberapa pendahuluan mengenai seklumit Arab yang saya ketahui, dan juga sebagai sedikit narasi sebelum saya masuk ke inti pembahasan esai ini. Jadi perlu kita ketahui, bahwa bangsa Arab datang ke beberapa negara termasuk datang ke Indonesia melewati atau melalui beberapa faktor sebagi pendorong terjadinya perpindahan orang – orang Arab tersebut. Hal ini sangatlah wajar terjadi, apalagi dengan pertambahan penduduk yang amat pesat terjadi di negara timur tengah termasuk Arab. Begitu juga yang terjadi pada orang Arab yang bertempat tinggal di Indonesia. Mereka juga awalnya ke Indonesia untuk berniaga, akan tetapi dalam jiwa mereka tumbuh keinginan untuk menyebarkan agama, terutama agama Islam sebagai agama yang hak. Bisa kita lihat dalam sejarah bahwa banyak saudagar kaya yang berniaga guna selain berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama. 
 Pasar Kliwon merupakan salah satu temapat di Indonesia yang banyak dihuni oleh sebagian besar orang yang memiliki nasab atau keturunan dari bangsa Arab. Kita lihat ketika mengunjungi tempat istimewa tersebut, banyak dari mereka yang bertempat tinggal disana memiliki ciri – ciri fisik yang bisa kita lihat seperti memiliki hidung mancung, berbadan besar,dan rata–rata memiliki jenggot di dagu mereka (bagi kaum laki-laki) seperti halnya layaknya kaum orang Arab pada umumnya. Kaum perempuan disini khususnya bagi yang berketurunan Arab, mereka memakai niqob, yaitu salah satu busana bagi kaum perempuan yang berfungsi sebagai penutup wajah. Menurut pengamatan saya ketika berkunjung beberapa waktu lalu, kaum perempuan disana memakai beberapa jenis niqob atau penutup wajah. Ada niqob yang menutupi seluruh permukaan muka mereka, jadi jika kita lihat perempuan yang memakai jenis niqob ini wajah mereka sama sekali tidak terlihat sedikitpun. Untuk jenis niqob yang lain yang mereka kenakan, ada jenis niqob yang hanya menutupi dari bawah mata saja, jadi bila kita lihat hanya tampak kedua mata mereka saja. Hal ini tidak hanya terjadi atau dilakukan oleh orang yang berketurunan Arab di Pasar Kliwon saja, akan tetapi juga kependuduk disekitaarnya, bahkan hal ini sudah menjalar kebeberapa tempat bahkan daerah di Indonesia. Maka sering kita lihat banyak kaum perempuan diluar sana yang sudah banyak memulai memakai niqob sebagai pakaian sehari – hari mereka. Karena mereka beranggapan dan mengetehui bahwa muka termasuk bagian dari aurat mereka yang juga perlu ditutup dimuka umum.
Kaum laki- laki yang berketurunan orang Arab disini sama halnya dengan orang Arab yang berada di timur tengah pada umumnya. Dengan badan yang relatif besar walaupun tidak keseluruhan seperti itu, tidak diherankan jika mereka memiliki semangat jiwa untuk bekerja dengan keras. Kerena hidup di Indonesia, mereka mengerjakan pekerjaan seperti layaknya orang Indonesia lakukan, seperti ada yang bekerja di kantor, menjadi tukang, bekerja di restoran, dan berjualan kebutuhan- kebutuhan sehari – hari. Ketika saya berkunjung disana sempat bertanya kepada salahsatu masyarakat, bahwa di daerah ini masyarakatnya juga banyak yang bekerja sebagai pegawai pabrik tekstil yang bertempat tidak jauh dari pemukiman mereka. Sedangkan untuk kaum perempuan, sangat sedikit sekali yang terlihat dimuka umum atau keluar dari kawasan rumah mereka, walaupun hanya sebagian yang seperti itu. Kaum perempuan juga ada yang bekerja layaknya seperti laki – laki pada umumnya, mereka berdagang, bekerja dipabrik dan sebagainya, akan tetapi dengan ruang lingkup yang mungkin lebih sedikit dengan kaum laki – laki pada umumnya.
Orang Arab yang bertempat di Pasar Kliwon menjalankan rutinitas seperti layaknya orang – orang Indonesia pada umumnya. Hubungan antara orang yang berketurunan Arab dengan orang Indonesia yang ada disekitarnya sangat amatlah baik. Saya bisa mengatakan seperti itu karena, ketika saya berkunjung ke wilayah itu, saya melihat dengan jelas bagaimana mereka berhubungan antara satu dengan yang lain. Walaupun mereka berbeda nasab atau keturunan, akantetapi mereka sangat amatlah rukun. Mereka tidak membandingkan antara satu dengan yang lainnya, tidak membedakan antara keturunan satu dengan yang lainnya. Jadi disinilah letak keistimewaan dari masyarakat yang menghuni wilayah di Pasar Kliwon yang bertempat di Jawa Tengah tersebut. Dikala senggang setelah lelah bekerja mereka saling berbincang antara satu dengan yang lain tanpa membedakan ras diantara mereka. Sebenarnya ketika saya melihat suasana tersebut,timbul sebuah pertanyaan dari dalam benak saya, bahasa apakah yang digunakan oleh para orang keturunan Arab disini ketika berinteraksi dengan orang selain dari ras mereka?, khususnya orang Indonesia yang bertempat tinggal dikawasan Pasar Kliwon. Setelah saya sedikit mendekat kepada salah seorang dari mereka yang sedang berbincang, ternyata bahasa yang digunakan oleh mereka yaitu bahasa Indonesia. Saya sempat bertanya kepada salah salah satu anak dari keturunan Arab yang bertempat tinggal disana, yang intinya bahasa yang digunakan oleh orang tua mereka ketika dengan orang sekitar terutama komunikasi bahasa antara kedua orang tua mereka, yaitu mereka menggunakan bahasa Indonesia.
Sebagai seorang muslim sudah sepantasnya kita berlomba - lomba dalam amal sholeh dan juga bagaimana kita semakin mendekatkan diri kepada san pencipta yaitu Allah SWT. seperti itulah yang dilakukan banyak masyarakat penghuni Pasar Kliwon yang saya lihat ketika berkunjung ke tempat yang istimewa itu. Saya mengawali kunjungan itu dengan datang ke tampat yang paling mulian di muka bumi ini, yaitau masjid. Masjid di Pasar Kliwon sangat banyak, tapi saya memilih untuk mengawali kunjungan saya ke masjid Assegaf. Selain masjid ini menjadi salah atu masjid terbesar di wilayah ini, masjid ini juga tak jauh dengan pusat daerah ini. Waktu itu saya datang kesana bertepatan dengan waktu menjelang sholat asar. Banyak perilaku – perilaku masyarakat yang menjadi pusat perhatian saya, contohnya ketika sudah mulai  masuk waktu sholat, banyak penduduk yang sudah mulai berdatangan ke masjid, padahal adzan untuk sholat asar belum dikumandangkan. Dilakalangan kita khususnya saya sendiri, banyak warga sekitar masjid yang belum seperti itu, hal itu menjadi pukulan besar terutama bagi saya sendiri. Apalagi ketika saya menunggu iqomah dikumandangkan, saya sempat melihat ada orang tua yang sudah mulai lanjut usia masih mempunyai semangat untuk sholat berjama’ah  di masjid, bahkan beliau ini berangkat ke masjid sudah menggunakan kursi roda. Hal itu otomatis menjadikan pukulan besar bagi kita khususnya saya sendiri. Banyak dari kita terutama kita yang masih muda, masih sehat, belum disibukan dengan kegiatan – kegiatan diluar sana, kita belum bisa memaksimalkan waktu kita untuk sholat berjama’ah di masjid. Suasana dimasjid ini sangatlah membangkitakan semangat kita untuk terus beribadah dengan sungguh – sungguh dan menggunakan waktu kita dengan sebaik – baiknya.
Suasana menjelang sholat di masjid ini sangatlah membuat hati damai. Kerena jeda dari adzan dan iqomah di masjid ini diatur cukup lama, banyak dari masyarakat yang datang untuk sholat berjama’ah disini menggunakan waktu itu dengan banyka melakukan ibadah – ibadah sunnah, seperti membaca Al-Qur’an, sholat qobliyah dan sebagainya. Hal ini tidakm hanya dilakukan oleh orang tempatan saja, akan tetapi juga para pendatang dari beberapa wilayah yang mampir ke masjid ini. Selain itu, banyak dari para jama’ah yang berbincang – bincang guna menambah erat tali silaturahmi. Disini tidak ada yang yang membedakan antara keturan satu dengan yang lainnya, antara keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia sekitar. Mereka terlihat akur dan memiliki hubungan baik antara satu dengan yang lainnya. Kita akan mejumpai banyak dari mereka antara orang keturunan Arab dengan orang Indonesia saling tegur sapa, bercakap – cakap dengan akurnya, tampak rukun antara satu dengan yang lainnya. Kita bayak mengambil contoh dari perilaku mereka ini kita terapkan ke daerah kita masing – masing.
Iqomah untuk sholat dzuhur berjama’ah pun mulai terdengar dari mix yang ada didalam masjid. Para jama’ah mulai merapat kedalam pusat masjid asal suara iqomah itu datang. Yang berkewajiban menjadi imam sholat jama’ah pun mulai menepkan diri di barisan paling depan. Sholat jama’ah disini biasanya dipimpin oleh seorang imam yang berketurunan Arab, itu menurut pengamatan saya saat sholat jama’ah ditempat itu. Sholat jama’ah pun mulai berjalan hingga akhirnya salam. Setelah salam para jama’ah dipimpin oleh imam jama’ah membaca dzikir setelah sholat asar dengan jahr atau dengan suara seperti halnya yang dilakukan oleh jama’ah diluar sana. Hingga akhirnya menjelang doa bersama yang dipimpin oleh imam jama’ah tersebut. Setelah rentetan dzikir sholat asar usai, imam mengajak para jama’ah yang ada di masjid ini untuk saling bersalam – salaman anatar jama’ah, yang bertujuan untuk saling memaafkan antar jama’ah dan juga untuk menjalin atau menyambung tali silaturahmi antar jama’ah yang ada di masjid Asseghaf ini. Saat saya mengikuti acara salam – salam antar jama’ah di masjid ini, saya melihat bahwa kebanyakan orang Arab disini tidak ingin bila tangannya dicium saat salaman. Saya belum tau apa alasannya, akan tetapi saya pernah mendengar bahwa alasan kenapa mereka tidak ingin dicium saat salaman,  karena sebagian dari mereka berpikiran bahwa orang yang patut untuk dicium tangannya saat salaman yaitu hanya seorang syekh atau pembesar kaum dari mereka, atau orang tersebut memiliki jabatan dalam hal pengetahuan yang cukup tinggi, atau bisa dikatakan orang yang berilmu tinggi. Setelah usai, para jama’ah mulai berangsur – angsur bubar dari masjid tersebut dan melanjutkan kegiatan mereka masing – masing.
 Selesai sholat, masjid ini mengadakan taman pendidikan al Quran yang sering kita sebut dengan TPA. Taman pendidikan ini dibawahi oleh takmir masjid Asseghaf sendiri, yang menurunkan pengajar dari kalangan mahasiswa hingga seorang ustadz. Banyak dari beberapa kalangan anak kecil yang mengikuti agenda ini, mulai dari anak usia TK hingga anak yang sudah duduk dibangku Sekolah Menegah Pertama (SMP). Peserta didiknya pun tidak hanya dari kalangan orang Arab saja, akan tetapi dari kalangan orang Indonesia, karena taman pendidikan al Qura’an ini diperuntukan untuk semua gologan. Disini mereka diberi pengetehuan mengenai agama, belajar menulis dan membaca al Qura’an, dan juga terdapat agenda hafalan al Quran bagi anak yang sudah mampu dan mumpuni untuk menghafal al Quran. Saya juga sempat berbincang – bincang dengan salah satu anak yang mengikuti taman pendidikan ini, dan saya mencoba untuk berbicara menggunakan bahasa Arab dengan mereka. Dan saya merasa bahwa mereka kurang paham dengan apa yang saya katakan. Disini saya menyimpulkan bahwa keturunan Arab yang sudah berada di Indonesia ini belum tentu bisa berbicara seperti halnya orang Arab biasanya. Semua itu tergantung bagaimana kondisi ketika mereka kecil, apakah orang tua mereka sehari – harinya menggunakan bahasa Arab layaknya orang Arab pada umumnya ataukah tidak.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka di Pasar Kliwon ini terdapat sekolah atau madrasah anak yang kebanyakan mengajarkan bahasa Arab, tak hanya itu mereka juga diberi pembelajaran layaknya pelajaran pada umumnya. Sekolah ini tidak hanya diperuntukan bagi anak yang berketurunan Arab saja, akan tetapi juga untuk anak – anak lokal pada umumnya. Sekolah dengan konsep mardrasah seperti ini mengajarkan dan memberikan suasana islami bagi anak – anak yang masih berkembang seperti ini, disana terdapat pembelajaran agama bagi anak seperti fiqih, aqidah, dan juga sebagainya. Demikian yang dapat saya tulis setelah mengunjungi Pasar Kiwon yang kebanyakan dihuni oleh orang yang berketurunan Arab ini. Maaf kalau ada salah dalam penyampaian dan perkataan yang mungkin tidak sesuai dengan pendapat si pembaca, sekian Wallahu a’alam.

Mengenal masyarakat arab

Masyarakat  Arab
Sebelum kita menjelajah secara mendalam tentang bagaimana kehidupan orang arab indo di pasar kliwon, mari kita cari tahu dulu sejarah dan juga siapakah sebenarnya orang arab indo ini.
Orang arab indo adalah sebutan bagi orang yang tinggal di indonesia yang masih mempunyai darah keturunan orang arab. Dari segi keturunan ini, keturunan arab dibagi menjadi 2, yakni dari golongan habib dan masyayikh/syekh. Habib adalah sebutan bagi keturunan darah arab yang nasab keluarganya menyambung kepada sayyidina Ali ibn Abi Thalib, yakni sepupu Rasulullah yang menikah dengan putri dari Rasulullah. Secara arti kata, habib adalah orang yang dicintai, karena Rasul sendiri yang memerintahkan kepada umatnya untuk mencintai keturunannya atau bisa disebut ahlul bait rasul. Habib masih dibagi menjadi dua, yakni apabila nasabnya dari Hasan ibn Ali dinamakan Syarif, apabila nasabnya dari Husain ibn Ali dinamakan Sayyid. Sedangkan masyayikh secara arti kata adalah guru. Seorang keturunan arab bisa dikatakan syeikh karena ketinggian dan keluasan dari ilmu yang dimilikinya. Apabila dijelaskan, Masyayikh adalah sebutan bagi orang arab nasabnya kepada selain Rasulullah, tapi dia menjadi seorang yang ditinggikan derajatnya karena ilmunya atau biasa disebut ulama/syeikh.
Para keturunan arab itu, mereka sering menyebut nama mereka sendiri dengan kata “jamaah” atau diartikan sebagai orang yang berkumpul dikarenakan memang ketika orang arab ada disuatu daerah, pasti mereka ada di satu lokasi untuk dijadikan pusat perkumpulan mereka atau biasa dikenal dengan kampung arab. Seperti contoh di Solo, kampung arab berada di Pasar kliwon, di Jakarta berpusat di Condet, dll. Alasan dari perkumpulan tersebut tidak terlepas dari sejarah ketika pertama kali mereka datang ke bumi nusantara ketika masih dalam masa penjajahan belanda.
Orang-orang arab pada zaman dulu datang ke bumi nusantara untuk berdagang dan mendakwahkan agama islam. Karena dalam diri mereka mengalir darah Rasulullah, mereka berdagang dengan akhlaq yang bisa memudahkan mereka dalam mendakwahkan agama islam. Mereka mengamalkan akhlaq Rasul dalam berdagang juga berdakwah, yakni dalam berdagang mengutamakan kejujuran dan tidak melakukan kecurangan. Dan berdagang pun dijadikan oleh mereka sebagai ladang dakwah.
Alasan tentang mengapa mereka selalu berkumpul di suatu lokasi adalah karena mereka datang di masa penjajahan belanda, dan juga di masa itu belanda yang memegang kendali kekuasaan tertinggi, dari pihak belanda membagi area bagi pribumi, timur asing, dan juga orang belanda. Mereka mengelompokkan tiap-tiap golongan ini ke dalam suatu lokasi untuk memudahkan dalam pendataan. Ini salah satu alasan mengapa orang keturunan arab selalu dalam satu lokasi dalam satu daerah.
Selain tentang tempat berkumpul, orang arab selalu menggunakan nama marga atau fam ( keluarga ). Di indonesia sendiri sudah banyak orang arab yang masuk dengan berbagai macam marga, diantara nya dari kalangan marga habib yakni Al-Habsyi, As-Saqqof, Al-Athas, Al-Qadri, Al-Aidarus, Al-Musawwa, Al-Haddad, dll. Dari kalangan marga masyayikh ada Basulthonah, Babheir, Al-Marfadi, Al-Farhan, Badubah, dll. Cara mengenali pun dilihat dari nasab juga marganya juga, karena mayoritas nama arab hanya menggunakan satu nama lalu di tambahi bin atau dari nasab lalu diakhiri dengan marganya. Seperti contoh muhammad bin Husein Al-Habsyi, Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Abubakar bin syech As-Segaf, dll.
Setelah kita ketahui atau mengenal sedikit tentang bagaimana orang arab pada umumnya yang ada di indonesia, mari kita lebih mengenal orang arab yang lebih spesifik dengan sampel dari orang arab yang ada di pasar kliwon.
Mendengar kata pasar kliwon, pasti ada dua perspektif pandangan bagi orang awam. Yakni memang pasar tradisionalnya nya yang dimaksud, tapi jugaada  mereka yang disebutkan pasar kliwon mereka langsung mengarah pada tempat dimana pusatnya orang arab di Solo. Salah satu ikonnya orang arab di pasar kliwon yakni terdapatnya dua masjid yang terkenal hingga telinga negara arab terutama daerah hadramaut di negara yaman. Karena memang rata-rata habib yang ada di pasar kliwon berasal dari keturunan hadramaut. Dua masjid yang menjadi ikon tersebut yakni masjid As-Saqqof  atau lebih dikenal dengan nama Assegaf dan juga masjid Riyadh. Yang bagi kalangan orang arab sangat disegani karena tempat itu memunculkan seorang ulama besar yang dikenal hingga daerah arab dan terutama para pecinta sholawat, yakni al habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi pengarab kitab maulid Simtudduror.
Kita mulai dari masjid As-Saqqof, masjid ini didirikan oleh seorang habib yang bernama Habib Abubakar bin Muhammad As-Saqqof. Beliau mendirikan masjid ini pada awalnya karena mendapat tanah wakaf dari pakubuwono x, disini terdapat cerita yang masyhur tentang beliau habib abubakar yang ketika dalam pendirian masjid ini beliau diarahkan oleh Rasulullah lewat mimpinya ketika penempatan mihrab. Karena kesholehan beliau dan juga masih mempunyai darah keturunan dari Rasulullah yang dalam melakukan sesuatu selalu diniatkan untuk kemaslahatan umat, maka masjid ini dianggap memiliki keberkahan tersendiri bagi para jamaah masjid hingga saat ini. Salah satu kisah yang masyhur juga bahwa salah satu imam dari masjid As-Saqqof ini meninggal dalam keadaan sujud dalam sholat jumat.
Di masjid As-Saqqof ini mempunyai tradisi yang sama seperti di hadramaut, seperti ketika setelah selesai shalat atau kajian, selalu memberikan segelas teh, kopi, ataupun susu dalam sebuah cangkir plastik yang khas yang jarang didapatkan di tempat lain.
Bagi orang arab di daerah pasar kliwon terutama dari keturunan habib, masjid ini dijadikan sebagai tempat untuk mendidik anak-anak mereka. Dimulai dari diikutkannya TPQ (taman pendidikan quran), sampai kajian-kajian umum. Memang di masjid ini sudah dijadwalkan kajian-kajian agama yang waktunya sebelum maupun sesudah shalat wajib. Seperti kajian setelah subuh atau waktu dhuha, kajian setelah maghrib.
Yang kedua yakni masjid Riyadh, masjid ini dijadikan seperti masjid khusus sebagai tempat dari para habaib yang dituakan tentang masalah agama. Karena di masjid ini lah banyak lahir habaib dengan tingkatan ilmu agama yang dikategorikan tinggi.
Pendiri dari masjid ini adalah Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, yang hijrah dari hadramaut yaman ke indonesia untuk menyiarkan dakwah. Nama masjid Riyadh sendiri dipilih oleh Habib Alwi mengikuti ayahnya yakni Habib Ali yang juga mendirikan masjid yang bernama riyadh di hadramaut.
 Di samping masjid ini terdapat tiga makam keturunan dari muallif atau pengarang dari kitab simtudduror, yakni Habib Ali bin Muhammad Al-habsyi. Tiga makam tersebut adalah makam dari Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, dan diapit oleh dua makam anaknya yakni makam dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi, dan Habib Ahmad bin Alwi Al-Habsyi. Setiap hari makam ini tidak pernah sepi dari para peziarah. Bahkan terkadang datang rombongan bus dari luar daerah untuk beraziarah ke makam ini.
Acara terbesar yang menjadi acara tahunan dari masjid riyadh ini adalah haul dari habib Ali Al-Habsyi. Hingga ribuan jamaah dari dalam maupun luar kota bahkan ada jamaah dari luar negeri yang ikut datang mengikuti acara haul ini. Dalam haul itu berjalan selama tiga hari. Diisi oleh berbagai macam acara, tetapi acara puncak dari haul ini adalah pembacaan kitab maulid simtudduror dan juga pembacaan sejarah dari beliau sang muallif. Acara rutinan lain dari masjid ini adalah setiap kamis malam jumat, diadakan pembacaan kitab maulid tersebut. Paling spesial dan biasanya paling ramai yakni ketika itu bertepatan malam jumat legi dalam penanggalan jawa, karena spesial dihidangkan nasi kebuli, nasi khas timur tengah.
Karena ketika terdapat acara, pasti hidangan yang dikeluarkan oleh keluarga arab ini pasti hidangan yang bisa dikatakan hidangan mahal, banyak orang menganggap bahwa orang arab dari keluarga kaya atau berada, tapi kenyataannya sama saja dari kalangan mereka pun juga ada kalangan menengah kebawah. Karena memang orang arab ini mempunyai tradisi untuk memuliakan tamu mereka seperti yang sudah diajarkan oleh datuk mereka yakni Rasulullah.
Selain masjid sebagai ikon yang dikenal di pasar kliwon, disana juga terkenal dengan berbagai macam majelis umum yang selalu rutin dilaksanakan setiap minggunya. Majelis-majelis ini pun juga sudah lumayan dikenal masyarakat luas hingga luar daerah karena pimpinan majelis sang habib juga dikatakan sudah dikenal karena sering berdakwah di luar daerah. Seperti contoh majelis ahbabul mustofa yang rutin setiap rabu malam di gedung bustanul asyiqin dengan pimpinan Habib Syech bin Abdul Qadir As-segaf, lalu majelis Ar-Raudhah dengan pimpinan dari Habib Novel bin Muhammad Al-Aidarus.
 Di pasar kliwon banyak toko-toko besar baik itu toko oleh-oleh, toko elektronik, restoran, sampai toko parfum dan juga toko kebutuhan dekorasi rumah dimiliki oleh kalangan orang arab. Karena memang kebanyakan dari orang arab menjadi seorang pebisnis secara turun temurun dari keluarganya. Maka selain darah keturunan pendakwah yang dimiliki oleh setiap orang arab, juga memiliki darah pedagang yang besar. Karena jiwa orang arab rata-rata adalah sebagai seorang pedagang atau pebisnis, walaupun tidak melewati jenjang pendidikan tinggi, mereka tetap mengutamakan berdagang. Bagi mereka berdagang adalah sesuatu yang sudah dianggap sebagai darah mereka.
terdapat tradisi dari orang arab yang berbeda dengan adat atau tradisi di sekitarnya, seperti dalam tradisi pernikahan dan juga dalam keseniannya. Jika didalam pernikahan adat orang jawa, ketika malam akad nikah, tradisi jawa yakni menyiapkan apa saja yang akan dibutuhkan besuk hari, dengan ditemani alunan musik-musik keroncong ataupun dangdut. Tetapi kalau di malam akad nikah dari orang arab, mereka berkumpul untuk membaca sholawat-sholawat diiringi musik gambus dengan tarian yang disebut zafin. Tradisi jawa ketika akad berlangsung, pengantin pria dan wanita ikut hadir dalam satu tempat yang telah ditentukan, biasanya di kediaman mempelai wanita. Dan mempelai wanita  hadir di lokasi akad. Berbeda dengan tradisi orang arab, ketika akan berlangsung akad nikah pengantin pria berjalan dari rumahnya menuju rumah mempelai wanita atau biasa dikenal dengan arak-arakan dengan diiringi pembacaan sholawat dengan rebana dan menggunakan gamis atau pakaian khas timur tengah dengan juntaian bunga di kepalanya. Ketika akad berlangsung mempelai wanita disembunyikan di kamar belakang menunggu pengantin laki-laki selesai mengucap akad yang akhirnya dihampiri oleh pengantin pria ketika dibelakang.
Apabila dalam resepsi, tidak terlalu berbeda dengan tradisi masyarakat jawa. Hanya agak berbeda pada kesenian yang digunakan. Orang arab di malam resepsi ada sebuah acara yang oleh mereka paling ditunggu-tunggu. Yakni malam gambusan yang di dalam acara itu mereka orang-orang arab suka menari zafin yakni tarian khas timur tengah yang diiringi oleh musik gambus tersebut.
Bagi kalangan orang arab ini, terutama dari habib, dalam memilih pasangan mereka lebih dianjurkan untuk menikah dengan sesama habib dengan tujuan untuk menjaga nasab mereka baik laki-laki ataupun perempuan. Tetapi untuk laki-laki, mereka masih diperbolehkan menikah dengan orang pribumi, karena secara nasab masih akan ikut dengan ayahnya yang berketurunan arab. Berbeda dengan perempuan, mereka dilarang keras memiliki hubungan dengan pribumi, ditakutkan akan memutus nasab dari keluarga mereka.
Orang arab terutama kalangan habib, dikenal mayoritas orang sebagai pecinta ilmu terutama berkaitan dengan ilmu agama. Mereka suka membuat majelis-majelis ilmu yang membahas kitab-kitab para ulama salaf. Mulai dari fiqh, hadits, maupun tentang kisah-kisah para salafus sholeh. Mereka juga suka apabila rumah mereka dijadikan tempat majelis tersebut. Bahkan sampai-sampai kalau ada penjadwalan diadakan safari majelis, mereka berebut untuk mengisinya. Walaupun mereka sendiri dari kalangan habib, tidak semua dari mereka berkesempatan untuk belajar ilmu agama secara mendalam. Maka dari itu mereka mangharap berkah dari majelis yang diadakan tersebut karena diisi oleh habib-habib yang sholeh juga dengan para murid-muridnya
Mereka para orang arab juga dikenal dengan keramahannya dalam menyambut tamu. Apalagi kalau tamunya seseorang yang sudah terkenal kesholehannya. Maka mereka mengeluarkan jamuan yang tidak tanggung-tanggung. Orang-orang arab ini memiliki tradisi yakni senang menjamu tamu. Bahkan bagi orang biasa yang bertamu kerumah mereka, jamuan makanan sudah pasti bagi mereka untuk dihidangkan bagi tamunya, karena memang mereka meyakini bahwa tamu datang itu membawa rejeki tersendiri seperti ajaran dari kakek mereka yakni Rasulullah.
Orang-orang arab ini paling suka diajak ngobrol. Dua masalah yang paling suka diperbincangkan antara mereka yakni tentang perdagangan juga tentang agama. Membahas bagaimana perkembangan bisnis yang mereka jalankan, bisnis apa yang mereka jalankan, dll. Tetapi tidak semua orang arab juga suka ngobrol. Ada juga dari mereka yang banyak diam, ada memang karakternya pendiam, ada juga yang dari mereka memilih diam untuk berdzikir.
Terdapat juga sebuah hal yang bisa dikatakan tradisi atau aturan yang biasanya sangat diterapkan dan dijaga oleh para orang arab, yakni bagi perempuan mereka dibatasi dalam berbagai hal. Seperti dibatasi untuk keluar rumah, dibatasi dalam bergaul, dalam hal mencari ilmu pun para perempuan arab ini sangat dianjurkan bahkan ada yang tidak membolehkan untuk berangkat sendirian, harus ada yang mengantar dari pihak keluarga atau orang yang sudah diberi kepercayaan.
Dalam tingkatan pendidikan, perempuan arab ini kebanyakan hanya sampai tingkat menengah atau sma saja, dikarenakan ketakutan dari pihak keluarga akan pergaulan zaman sekarang yang dinilai oleh mereka sudah terlampau bebas. Walaupun sebagian besar orang arab membatasi wanitanya, tetap ada sebagian juga masyarakat arab yang memberikan kebebasan bagi anak wanitanya untuk melakukan sesuatu. Memang bagi orang arab di indonesia bahkan di negara arab pun, wanita adalah makhluk yang harus diberikan perlindungan dan diberikan penjagaan ketat.
Seperti juga ketika dalam bepergian, ketika para wanita arab ini keluar rumah, juga diharuskan menggunakan pakaian yang menutup aurat hingga menggunakan cadar bagi kalangan arab habib terutama. Orang-orang arab terutama wanita lebih memilih untuk menggunakan transportasi becak ketika ingin pergi yang tidak terlalu jauh dari pada menggunakan ojek atau sejenisnya karena tidak mau berboncengan dengan yang bukan muhrim.
Dalam kesenian, orang orang arab ini menyukai genre musik yang soft dan bertema cinta atau romantisme seperti lagu india. Selain mereka manyukai musik arab karena memang mereka keturunan arab, mereka ada juga yang menyukai musik nusantara seperti dangdut, tapi belum sampai mengalahkan rasa senang nya terhadap lagu arab dan india.
Selain musik-musik modern, orang arab juga masih menyukai musik tradisional mereka yakni musik marawis dan gambus. Marawis ini yang masih mempertahankan kesederhanaan alat yang digunakan didalamnya, sedangkan gambus sudah menggunakan alat-alat musik yang modern. Memang sekarang gambus sudah bisa dibilang modern karena menggunakan alat-alat yang modern pula. Tapi unsur didalam musik itu yang masih dijaga hingga sekarang, yakni dalam gambus dari dulu hingga sekarang kebanyakan digunakan dalam acara-acara yang khusus karena didalamnya dibacakan sholawat nabi.
Sedangkan dalam kesenian tari, dalam tradisi orang arab yang masih sering dilakukan yakni tari zafin, zarah, dan zahefe. Zafin yakni dalam tarian itu diiringi musik yang agak lambat atau slow, dan penarinya berjumlah dua orang dengan gerakan yang teratur. Sedangkan zarah adalah tarian yang sama dengan zafin dengan penari berjumlah dua orang dengan gerakan tarian juga teratur seperti zafin, tetapi musiknya lebih cepat daripada yang digunakan pada tarian zafin. Dan yang terakhir zahefe, adalah tarian yang dalam kecepatan nadanya sama seperti tarian zarah, tapi yang membedakan kali jumlah penarinya ada tiga orang dan juga gerakan tarinya bebas yang penting mengikuti ketukan irama lagu. Dalam tarian-tarian ini, semua diiringi oleh musik gambus.
Sekian yang dapat saya tuliskan mengenai masyarakat arab di indonesia, masih banyak kekurangan dan juga susunan kata yang kurang rapi semoga dapat dimaklumi. Terima kasih.